Jumat, 25 Februari 2011

Panduan Turun Bersawah 2010




P E D O M A N
TURUN BERSAWAH SECARA SERENTAK
MUSIM TANAM 2010
KABUPATEN ACEH TENGGARA


DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
KABUPATEN ACEH TENGGARA
TAHUN 2010

Kata Pengantar


Komoditi tanaman pangan, terutama padi merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai tinggi yang harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein serta menjadi makanan pokok bagi penduduk Indonesia.
Upaya pengembangan dan peningkatan produksi padi khususnya dalam penerapan pola tanam secara serentak diperlukan partisipasi dari berbagai pihak, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.
Pedoman turun bersawah secara serentak musim tanam 2010 ini diharapkan dapat menjadi acuan pelaksanaan dilapangan dalam mewujudkan peningkatan produksi padi kabupaten Aceh Tenggara.


Kepala Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Aceh Tenggara




H. DJARUDDIN MAMAS, SP
NIP. 19541009 197512 1 001


I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Aceh Tenggara sebagai salah satu Kabupaten di Wilayah Provinsi Aceh dengan luas 416.763,30 hektare, dimana 85,63% wilayah Aceh Tenggara merupakan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang termasuk Taman Nasional Gunung Leuser, dan sisanya (14,37%) untuk penggunaan lain termasuk di dalamnya luas lahan sawah 17.455 Ha.
Aceh Tenggara saat ini berpenduduk + 218.360 jiwa, dan makanan pokok satu-satunya adalah beras. Oleh karena itu perhatian akan beras atau tanaman padi tidak akan ada hentinya. Perjalanan pengadaan beras pun berliku-liku sehingga pada saat ini kebutuhan akan beras masih dapat dipenuhi walaupun kadang-kadang harus mendatangkan dari kabupaten lain.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara telah memposisikan diri sebagai fasilitator, akselerator dan regulator serta meningkatkan peran masyarakat melalui program pembangunan pertanian. Salah satu program yang ingin dicapai adalah pemenuhan pangan masyarakat, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Makna hakiki dari pemberdayaan adalah meningkatkan kemandirian masyarakat yang berlandaskan pada pemberdayaan sumberdaya manusia agar dapat memahami hak dan kewajibannya sesuai dengan status dan perannya dimasyarakat.
Agar mampu memenuhi ketersediaan beras di Kabupaten Aceh Tenggara, memerlukan pilihan strategi yang tepat meliputi :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang.
2. Pemberdayaan dengan cara membangun, mendorong, memotifasi dan membangkitkan kesadaran yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
3. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat.
4. Pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi semakin mampu meningkatkan penghasilannya.
Namun dewasa ini program Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara dalam upaya membangun sektor pertanian khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan beras mengalami hambatan yakni :
1. Pola tanam yang tidak serentak dalam wilayah Kabupaten Aceh Tenggara, sehingga siklus hidup hama dan penyakit tanaman tidak dapat diputuskan. Akibat serangan hama dan penyakit dapat menurunnya produksi bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen
2. Irigasi tidak memadai, sehingga pengaturan tata guna air belum sempurna.
3. Masih rendahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam penerapan teknologi pertanian diantaranya dalam hal keinginan menggunakan bibit unggul / berlabel, pengaturan air, teknik pemupukan dan teknik pengendalian hama dan penyakit.
4. Keputusan Bupati tentang pengaturan pola tanam serentak belum dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
5. Kurangnya sosialisasi tentang pola tanam serentak.
6. Kurangnya koordinasi dengan instansi terkait tentang penerapan pola tanam serentak
7. Masih kurangnya mekanisasi pertanian khususnya rasio ketersediaan handtraktor dan power tresher.
8. Penyediaan benih unggul yang bermutu masih terbatas, sehingga petani sulit mendapatkannya tepat waktu.
Dari point-point tersebut di atas, yang paling menentukan menurunnya produksi bahkan dapat menyebabkan kegagalan panen adalah pola tanam tidak serentak.

Akibat pola tanam yang tidak serentak ini berpeluang timbulnya serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi di Kabupaten Aceh Tenggara serta teknik pengendaliannya adalah, sebagai berikut :
1. Tikus
Gejala : Bekas gigitan tikus pada tanaman padi berupa potongan yang membentuk sudut 300 – 600, meninggalkan serat pada ujung bagian atas, tangkai malai putus, dan bekas gabah berceceran di bawah.
Serangan tikus biasanya dimulai dari bagian tengah petakan, kemudian meluas ke bagian tepi.
Pengendalian :
- Tanam serentak dalam hamparan + 300 Ha dengan selang waktu kurang dari 10 hari.
- Melakukan gropyokan (berburu masal) sebelum turun bersawah bersama-sama kelompok tani.
- Sedapat mungkin mempersempit ukuran pematang / tanggul persawahan.
- Pembersihan lahan sekitar sawah, terutama yang berbatasan dengan tegalan, semak maupun areal perkebunan
- Menggunakan perangkap dari bambu, bubu kawat ataupun umpan beracun seperti Rakus, Racumin, Petrokum, Klerat dll. Umpan beracun hanya efektif pada saat padi fase vegetatif.
- Menggunakan emposan / asap belerang pada lubang-lubang aktif tikus pada saat padi mulai bunting.
- Penggunaan pagar plastik setinggi minimal 90 cm berjarak 30 cm dari pinggir pematang dikombinasikan menggunakan bubu perangkap.

2. Kepinding Tanah / Garap
Gejala : Penghisapan cairan oleh kepinding tanah menyebabkan tanaman menjadi coklat kemerahan atau kuning. Anakan padi berkurang, ataupun malai menjadi kerdil.
Pengendalian :
- Tanam serentak dan dianjurkan padi yang berumur genjah (umur pendek)
- Melakukan pemupukan saat tanaman terserang ringan
- Membersihkan lahan dari gulma (kepinding menyukai tempat yang lembab dan sejuk)
- Bila diperlukan dapat menggunakan insektisida berbahan aktif BPMC dan MICP misal Kiltop, Sidabas, Mipcinta dll.

3. Wereng Hijau dan Penyakit Tungro.
Gejala : Wereng hijau menghisap cairan daun bagian pinggir, sehingga daun padi berwarna kuning hingga orange (jingga), jumlah anakan turun dan terjadi pertumbuhan yang terhambat (memendek). Sehingga menyebabkan tanaman terserang tungro. Daun muda bergaris hijau pucat, keputihan hingga kekuning-kuningan.
Pengendalian :
- Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi, atau pergiliran varietas padi dengan varietas tahan misalnya varietas Tukad, Bondoyudo, IR 74, Memberamo, SL8 – SHS, Intani, PP-1, Ciherang dll.
- Dianjurkan tidak mengeringi sawah yang sedang terserang.
- Pemusnahan tanaman atau sisa tanaman yang terserang agar tidak menjadi sumber penyakit.
- Pengendalian dengan insektisida hanya dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran serangan ke tanaman padi lain dan membunuh wereng sebagai vektor. Insektisida yang dianjurkan Actara 25 WG, Applaud 10 WP, Dharmabas 500 EC, BASSA 50 EC, Sipermetrin, Bona dll.
- Menjaga dan memelihara musuh serangga predator yang bermanfaat seperti capung, laba-laba dan coccinela.
- Penyemprotan dilakukan pada pagi hari sampai dengan jam 11.00 WIB ketika matahari terik. Dan dapat dilanjutkan pada sore hari. Tanaman yang sudah terserang virus tungro ini tidak dapat disembuhkan.

4. Penggerek Batang Padi
Gejala : Serangan penggerek menimbulkan gejala sundep pada vase vegetatif dimana pucuk tanaman menjadi kuning kemerah-merahan, layu dan akhirnya mati serta mudah dicabut. Jika serangan terjadi pada vase generatif mengakibatkan gejala beluk. Hal ini akibat aktifitas larva / ulat yang memakan titik tumbuh / pangkal malai tanaman padi.
Pengendalian :
- Penanaman secara serentak dalam satu hamparan
- Melakukan pergiliran tanam
- Memelihara musuh alami seperti kumbang karabid, laba-laba, capung, coccinela.
- Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan Furadan 3 G, Petrofur 3 G, Primafur 3 G, Curater 3 G, Dipho 290 AS dll dilakukan seminggu setelah tanam.

5. Walang Sangit
Gejala : Serangga dewasa dan muda menyukai buah padi yang masih masak susu, menyebabkan gabah agak hampa. Serangan pada stadia agak tua menyebabkan menurunkan mutu dan berat gabah.
Pengendalian :
- Melakukan pola tanam serentak dalam satu hamparan
- Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma dan semak-semak disekitar sawah.
- Penggunaan perangkap seperti sisa ikan mati atau bangkai hewan, bangkai keongmas yang dipasang menggunakan sabut kelapa sedikit lebih tinggi daripada tanaman padi. Walang sangit akan berkumpul dan dibakar pada sore hari menggunakan suluh.
- Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida secara merata ke bagian tananaman.

6. Penyakit Blast
Gejala : Daun tanaman padi yang terserang blast terdapat gejala khas berupa bercak berbentuk belah ketupat dan berwarna abu-abu. Pada serangan berat mengakibatkan bercak bergabung dan menyebar, kemudian daun menjadi kering. Blast dapat pula menyerang batang dan malai yang dikenal dengan busuk leher.
Penyebab : Jamur Pyricularia oryzae
Pengendalian :
- Pengendalian dilakukan dengan menghindari penggunaan pupuk nitrogen (UREA) secara berlebihan, dan menanam varietas yang tahan terhadap jamur.
- Secara kimiawi dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan fungisida Dithane, Antracol 80 WP, Score dll.
- Pengaturan jarak tanam dengan sistem Legowo

7. Penyakit BRS (Bakterial Red Strip) / Bakteri Daun Jingga
Gejala : Bercak berbentuk bulat / bulat telur pada daun dan berwarna merah kekuningan atau merah coklat kekuningan. Kemudian bercak memanjang ke arah ujung daun sehingga berbentuk garis. Daun kemudian tampak bergaris merah dan mengering.
Penyebab : Bakteri Xanthomnas campestris
Pengendalian :
- Penggunaan varietas tahan, penggunaan benih berlabel dan sehat
- Pemupukan secara berimbang
- Pengaturan jarak tanam

III. PELAKSANAAN TURUN BERSAWAH

Pelaksanaan musim tanam Tahun 2010 untuk musim Gadu dimulai pertengahan Bulan Mei 2010, sedangkan musim tanam rendengan 2010 dimulai pertengahan bulan September 2010. Untuk lebih jelasnya telah ditetapkan dengan keputusan Bupati Aceh Tenggara tentang Penetapan Jadwal Turun Bersawah Musim Tanam Gadu dan Rendengan Tahun 2010 secara serentak di kabupaten Aceh Tenggara.
Diharapkan seluruh pihak dapat memperhatikan jadwal tersebut agar pelaksaan turun bersawah secara serentak dapat terlaksana dengan baik, sehingga peningkatan produksi padi dapat terwujud.
Untuk mendukung pelaksanaan tersebut, Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara telah mengupayakan penyediaan benih padi non hibrida seluas 5000 Ha dan padi hibrida seluas 100 Ha (bersumber dari APBN), benih padi non hibrida seluas 1500 Ha dan benih padi hibrida seluas 150 Ha (bersumber dari APBA / Otsus). Guna pencapaian program tersebut, sangat diharapkan adanya peran serta dari seluruh Camat dan Petugas Lapang agar dapat melakukan sosialisasi dan pembinaan bagi para petani. Disamping itu koordinasi instansi terkait juga sangat menentukan terlaksananya turun bersawah secara serentak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar